Ketahui Tentang Filosofi Ilmu Padi

Pixabay.com

Selain sebagai tanaman yang buahnya bisa menunjang terpenuhinya karbohidrat, padi juga memiliki sesuatu yang dapat di jadikan sebagai sumber pelajaran hidup. Jika dilihat lebih jauh dan mendatail sebuah tanaman padi teramat sangat unik untuk diamati, mulai dari proses tanamnya, proses berbunganya, mekar dan berubahnya bunga menjadi bakal butiran padi, hingga akhirnya bentuk padat menjadi bulir-bulir padi.

FILOSOFI HIDUP TANAMAN PADI

Ada pepatah bijak yang menyatakan “Bagaikan padi, semakin masak semakin merunduk”. Makna tersebut sesungguhnya teramat sangat dalam bagi kehidupan manusia, dan memang tidak ada salahnya belajar dari apapun demi kebaikan manusia itu sendiri. Siklus hidup padi yang cukup singkat sudah memberikan contoh sesuatu hal yang sangat sederhana namun memiliki manfaat bagi manusia.

Makna pepatah tersebut adalah manusia sungguh tidak layak sombong atas umur, ilmu, atau kemampuan yang dimilikinya. Dengan kata lain semakin matang usia seseorang, semakin tinggi ilmu dan kemampuannya maka sudah seharusnya dia merendahkan hatinya. Seorang yang bijak pasti akan menerapkan filosofi padi dalam kehidupannya, siklus kehidupan padi juga bisa mendasari seseorang menjalani kehidupannya.

ANTARA SIKLUS HIDUP PADI DAN MANUSIA

Padi ditanam disawah atau diladang yang sudah disiapkan sebelumnya, padi yang dapat hidup adalah benih-benih padi terbaik yang dapat menjadi bakal tanaman padi. Seperti seorang manusia, dengan takdir yang sudah ditentukan Sang Pencipta, sel embrio berubah secara bertahap dan berkala menjadi bayi yang nantinya akan dilahirkan di dunia, entah berjenis perempuan atau laki-laki.

Padi dirawat disawah agar mampu terus hidup, berbunga, serta menjadi bulir-bulir padi ketika masa panen. Seorang manusia juga mengalami fase itu, manusia membutuhkan makan dan minum, tumbuh dan belajar dalam segala bidang, serta bekerja dan hidup bermasyarakat. Fase inilah yang nantinya akan berakhir dalam kehidupan manusia.

Fase terakhir adalah padi berbulir dan dipanen. Sebaik-baik manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi orang lain, hal itu sebenarnya bisa dilakukan oleh semua orang. Akan tetapi terkadang lebih banyak tertutupi oleh kesombongan atau keangkuhan ego, apabila diibaratkan dengan siklus hidup bukankah semua yang bernyawa akan mati, lalu untuk apa hidup sombong dan tinggi hati.